Antara The Beatles, Yesus, Soekarno

| Friday, April 16, 2010
London - Grup musik legendaris The Beatles hingga kini masih meninggalkan kesan mendalam bagi para pecinta musik. Mulai dari musiknya yang inovatif pada zamannya, hingga ke gaya hidup para personelnya yang tak luput dari perhatian dunia. Sejumlah lagu The beatles yang sering mengusung tema percintaan pun sering menimbulkan kontroversi.

Pada 1966, saat The Beatles tengah digandrungi jutaan orang, John Lennon mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Dalam sebuah interviu dengan London Evening Standard, Lennon menyatakan The Beatles lebih terkenal dibanding Yesus.

"Ajaran Kristen akan musnah. Aku tak tahu yang mana yang akan musnah lebih dulu, Rock n Roll atau ajaran Kristen. Tapi yang jelas kami sekarang lebih terkenal dibanding Yesus," jelasnya.

Publik menjadi marah. Orang yang mengecam pun tak sedikit. Konser mereka di beberapa tempat dibatalkan. Album dan memorabilia The Beatles dibakar. Bahkan beberapa radio menolak memutar lagu The Beatles.

Untuk meredakan amarah publik, jumpa pers pun digelar. Permohonan maaf pun disampaikan. Pemerintah Vatikan yang lantang menyuarakan pemboikotan TheBeatles akhirnya menerima permintaan maaf tersebut.

Kejadian itu memang telah berlalu. Namun bagi penggemar The Beatles, khususnya pecinta John Lennon, kejadian itu tak akan pernah terlupakan.

John Lennon adalah pelopor lahirnya The Beatles yang fenomenal. Akibat pemikirannya yang kontroversial, The Beatles menjadi besar. Sikap kritis dalam konteks spiritual dan sosial juga memengaruhi musik the fabulous four itu menjadi matang.

Salah satu contoh Lirik lagu The Beatles yang dianggap kontroversial yaitu Lucy In The Sky with Diamonds yang liriknya seolah menceritakan seseorang yang sedang 'mabuk' karena tengah memakai obat-obatan terlarang, serta judulnya yang jika disingkat berarti LSD (jenis narkoba).

Sementara lirik lagu A Day In The Life juga sempat ditolak oleh Radio BBC karena sepenggal baitnya yang berbunyi I'd love to turn you on... yang terkesan memprovokasi generasi muda menggunakan drugs.

Pada 26 Agustus 1965 di San Diego, The Beatles mengadakan sebuah konferensi pers dalam rangkaian tur dunia mereka di Amerika Serikat.

Pada saat itulah mereka menanggapi pernyataan Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno terhadap musik The Beatles yang dianggap ngak ngik ngok pada saat itu. Seraya berkelakar mereka berkata, "Well, aku rasa itu perbuatan yang tolol," kata John Lennon.

Pernyataan itu kemudian ditimpali oleh Ringo Starr, "Its foolish". Kejengkelan mereka jelas tercermin dari komentar lugas yang muncul saat dicecar pertanyaan oleh wartawan.

"Soekarno harus membeli dulu album kami sebelum membakarnya, sehingga kami bisa dapat royalti," ujar George Harrison ketika mengetahui bahwa album The Beatles dibakar di Jakarta.

Paul McCartney sempat bergurau, "Daripada Soekarno membakar album kami, lebih baik album tersebut dikirim kepada kami. Nanti kami akan berikan potongan setengah harga."

Kisah polemik antara Soekarno dan The Beatles hanyalah salah satu dari banyaknya kontroversi seputar band fenomenal tersebut. Namun mereka sering menanggapi berbagai kritik dan polemik dengan santai. Dan John Lennon adalah sosok yang paling banyak menuai kontroversi.

The Beatles dibentuk di Liverpool pada 1959 dengan formasi awal John Lennon (Vokal, Gitar), Paul Mc Cartney (Vokal, Gitar), George Harrison (Vokal, Gitar), Stuart Sutcliffe (Bass) dan Pete Best (Drum).

Namun tak lama kemudian Stuart Sutcliffe mengundurkan diri. Ia pindah ke Jerman dan menikahi Astrid Kircherr dan wafat di sana pada 1962 akibat pendarahan otak. Lalu pada 1962, Pete Best hengkang dari The Beatles, dan posisinya digantikan oleh Richard Starkey alias Ringo Starr.

The Beatles bahkan mampu menjual lebih satu miliar kopi albumnya di seluruh dunia, sebuah prestasi yang sulit ditandingi oleh grup band manapun saat ini.

Manajer The Beatles, Brian Eipstein, pertama kali mendengarkan The Beatles lewat piringan hitam di toko musiknya. Lalu ia mulai menawarkan The Beatles kepada Decca Records, namun gagal waktu itu. Ia tak patah semangat. Brian mencoba menawarkan ke label Parlophone Records dan akhirnya berhasil diterima.

0 comments:

Post a Comment